Serambi Seribu Serbi

space disewakan

LANGIT DI DESA RUBUH OLEH ILMU KAUM INTELEKTUAL



Begitu pulang di bulan Ramadhan untuk berkumpul dengan keluarga di desa, Liima Intelektual Muda yang bertahun-tahun kuliah di kota segera berembug untuk mengadakan diskusi Ilmiah terhebat yang akan dihadiri oleh masyarakat desa. Mereka segera menghubungi Pak Lurah.

"Tetapi Balai Desa sudah dua bulan ini tak kami pakai. Tempat itu sudah rapuh. Kami khawatir bunyi sound system yang keras akan mempengaruhi ketahanan atapnya", jelas pak Lurah khawatir..

Namun mereka tetap bersikeras. Hingga dengan berat hati Pak Lurah mengijinkan. Undangan-pun segera disebar, dengan tema wacana yang mentereng, "Diskusi Ilmiah Bulan Ramadhan : Menggedor Tradisi Intelektual Di Desa Menuju Masyarakat Kritis, Filosofis dan Berperadaban".

Para orangtua dan masyarakat desa antusias hadir untuk melihat kepintaran Lima Intelektual Kota. Mereka duduk pada jajaran kursi yang ditata didepan, sementara masyarakat desa yang menjadi "murid" duduk lesehan pada gelaran panjang karpet merah usang.

Dan segera, diskusi yang bergemuruh di mulai. Seluruh masalah kontroversial (yang menurut mereka "urgent banget" dan masyarakat wajib segera disadarkan) dibicarakan dengan berapi-api. Suara sound system begitu keras mengalun hingga menyentuh ujung dusun. Dan benar, saking ributnya berpolemik, mereka abai terhadap suara gemeretak lamat-lamat yang berasal dari langit-langit.

> Satu menit, orang-orang desa mulai beringsut ke pinggir.
> Dua menit, para intelektual muda di depan malah hanya memandang bengong pada orang-orang yang menyingkir dari tengah ruangan.
> Dan tiga menit berikutnya atap balai desa itu ambrol. Sebagian pecahan kayu mental dari lantai menimpa beberapa orang. Tak ada korban tewas, tapi beberapa orang terluka.

Segera setelah rubuhan reda. masyarakat desa itu berjibaku untuk membersihkan tempat yang porak poranda sekaligus menolong mereka yang terluka. Anehnya, lima Intelektual Muda itu masih saja terkesima. Tercengang. Dan tak berbuat apa-apa.



"Benar-benar Ilmu yang mantab. Ilmu kalian mampu merubuhkan langit-langit balai desa sehingga menimpa tubuh kami. Kini, hanya satu pertanyaan dari kami setelah diskusimu usai, apakah tangan dan kaki kalian sigap menolong orang yang terluka diruangan ini, sesigap lidah kalian berdebat ?", tanya Pak Lurah sambil memandang takjub kepada mereka.

O, bapak .... telinga dan otak mereka sudah penuh sesak dengan wacana "Hang Hing Hog Cang Cing Cong" selama bertahun-tahun diperkuliahan. Dan oleh karenanya, indra mereka tumpul untuk selekasnya menyadari realitas, dan membaca apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat lewat kerja nyata. Mereka semua cerdas secara kognitif, tapi mereka sungguh buta dalam hal Kecerdasan Ekologi untuk cepat menyadari dan lantas bertindak guna membantu dan merubah lingkungannya sendiri.

Syarif KBM
Facebook Twitter Google+ Instagram Linkedin Path Yahoo


Responses

0 Respones to "LANGIT DI DESA RUBUH OLEH ILMU KAUM INTELEKTUAL"

Post a Comment

 
Return to top of page Copyright © 2013- 2015 | Platinum Theme modification by Alfian Haris