Serambi Seribu Serbi

space disewakan

Melankoli Masa Kecil "Calon Arang"



Awalnya saya sedikit meraba-raba. Ada beberapa buku dari Sang Maestro Pramoedya Ananta Toer yang sudah rampung saya baca. Tentu saja tidak semua buku yang sudah dibaca ingat judul, warna sampul hingga penerbitnya dari mana. Buku-buku yang sudah saya baca cukup menjadi bekal diri dalam mengambil setiap keputusan dan melahirkan imaji-imaji terbaik tentang kemanusiaan dan segala kehidupannya. Tiba-tiba bebookone.com adik dari seribuserbi.com mengirim pesan singkat meminta saya untuk sedikit memberi semacam pengalaman baca dari salah satu buku Sang Maestro Sastra Indonesi, yaitu Calon Arang.


Wah, saya cukup minder jika menuliskan hal-hal tentang beliau ini. Saya meraba-raba ingatan sendiri. Apakah sudah pernah baca atau belum? Saya sanggupi saja. Dan ternyata saya sudah membacanya sejak beberapa tahun yang lalu. Mungkin karena lebih bersifat fiksi sehingga tidak begitu saya ingat benar-benar. Namun ketika disodori buku ini lagi, ada pengalaman baru dalam membaca buku ini. Bagaimanapun, ini adalah satu-satunya karya Pramoedya yang bergenre seperti ini. Beliau menyebutnya buku dongeng untuk anak-anak.

Sebagaimana yang dikatakan oleh beliau di pengantar buku ini. Dan saya kira wajib sebelum melahap buku ini, yaitu membaca pengantar penulis. Silahkan dibaca dan diresapi. Apa yang dikatakan sang penulis banyak benarnya terkait tujuan dari penulisan buku ini. Kenapa? Karena semakin lama, dunia anak-anak semakin sempit. Misalnya dalam dunia musik, anak-anak lebih suka musik orang dewasa. Itu karena tidak ada musik yang layak dan disediakan untuk anak-anak. Mungkin itu juga salah satu keresahan sang penulis. Membaca buku ini, ingatan saya membawa kepada semasa kecil dulu. Dimana ketika saya tidur di rumah nenek, dengan teduh kehangatannya, nenek membacakan dongeng tentang kehidupan binatang yang mengajarkan kepada manusia bagaimana caranya menjadi manusia dengan baik. Semoga nenek tenang di alam sana. Begitu juga orang-orang tersayang yang sudah mendahului kita. Amiin.

***

Sebagaimana tujuannya, buku ini diperuntukkan untuk menghidupkan tradisi cerita-cerita khas pengantar tidur, seperti dongeng yang selalu diceritakan oleh nenek saya sebelum tidur. Namun bagi orang dewasa, membaca buku ini juga merupakan sebuah keharusan. Karena ketika sudah dewasa dan membaca ini, akan muncul perasaan-perasaan melankolis dan mempunyai sudut pandang berbeda. Silahkan rasakan sendiri pengalaman membaca anda.

Seperti kebanyakan dongeng pengantar tidur. Pesan moral dari cerita ini bahwa kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Bagaimanapun kejamnya kejahatan itu, semengerikan apapun kejahatan itu, yang disini digambar seorang nenek sihir. Namun dengan kebaikan yang awalnya hanyalah nyala api kecil tentu akan menjadi besar. Karena kebaikan tidak pernah merugikan. Di titik inilah, kenapa tadi saya mengatakan bahwa cerita-cerita dongeng, meskipun fiksi. Justru mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia seutuhnya.

Untuk ringaksan ceritanya, tak elok rasanya saya memaparkan di sini. Cerita khas zaman dulu, ada balutan sejarah yang melekat dalam bangsa kita juga.

Namun ada beberapa catatan pribadi untuk buku ini. Sekali lagi saya katakan ini adalah catatan pribadi saya, pengalaman membaca pribadi saya. Boleh setuju, boleh juga tidak. Namun bisa dipertimbangkan.

Dari segi cerita, kita harus mafhum bahwa buku ini ditujukan untuk anak-anak. Kendati demikian, bagi orang dewasa sangat sayang sekali melewatkan untuk tidak membaca buku ini. Karena untuk anak-anak. Kalimat-kalimat yang digunakan penulis sangatlah jelas dan nisbi maksudnya. Tidak menggunakan analogi-analogi rumit yang butuh membaca dua kali jika tidak faham ketika hnaya membaca sekali. Kalimat yang digunakan sederhana dan tidak rumit. Namun jika anda pernah membaca novel-novel berat, membaca ini menjadi biasa, enteng dan gampang dibaca dengan cepat.

Dan ada bagian-bagian dari sub bab dalam buki ini yang tidak perlu dimasukkan pun tidak akan mengurangi isi cerita buku ini. Mungkin bagian tersebut memang sengaja dimasukkan melihat jumlah halaman buku ini sangatlah tipis. Misalnya bagian-bagian yang tidak perlu: kisah putri Empu Baradah, yaitu Wedawati dan kisag Empu Baradah yang pergi ke Bali menaiki daun nangka. Namun bagi anak-anak dengan segala ketakjuban imajinasinya, mungkin akan berbeda.

***

Namun dari kesemua ini. Buku ini tetaplah menjadi buku sastra wajib yang harus dibaca. Jangan khwatir merasa membaca buku ini hanya membuang-buang waktu. Karena membaca buku ini tidak membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak seperti ketika anda berusaha mengkhatamkan Tetralogi Buru. Ini bisa habis dengan cepat ketika anda menunggu ibu anda belanja, antri kamar mandi di kos-kosan ketika akan berangkat kuliah atau ketika anda datang sedikit awal ketika menjemput anak anda pulang dari sekolah.

Facebook Twitter Google+ Instagram Linkedin Path Yahoo


Responses

0 Respones to "Melankoli Masa Kecil "Calon Arang""

Post a Comment

 
Return to top of page Copyright © 2013- 2015 | Platinum Theme modification by Alfian Haris