Serambi Seribu Serbi

space disewakan

Review Dari Resensi Buku Soe Hok Gie "Catatan Seorang Demonstran "



Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran
Pustaka LP3ES Indonesia,
Mei 2005,454 halaman     

Penyunting :  Ismid Hadad, Fuad Hashem, Aswab Mahasin, Ismet Nasir  dan Daniel Dhakidae

*jika berminat Rp 40.000 Pemesanan klik disini atau ke 085643413091
  
"Kita, generasi kita, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia. Cuma pada kebenaran kita harapkan. Kebenaran cuma ada di langit dan dunia hanyalah palsu."

Keras dan real inilah gambaran yang dapat saya tangkap dari sosok pemuda pemberani Soe Hok Gie dari kutipannya diatas, begitu mantab utuk dijadikan salah satu sumber referensi para pemuda jaman sekarang yang mulai tergerus arus, konsumtif kurang produktif misal saya ^_^. 


sebai seorang pemuda, rajin menulis adalah salah satu keunggulan yang sulit ditiru, ini saksi besar sebelum kematian merenggut nyawa sahabat jauh kami, para pemuda di atas Semeru. Kenangan puisi sebagai bukti cinta dan baktinya di negeri dan alamnya




Sebuah Tanya
Akhirnya Semua akan tiba
Pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

(kabut tipis pun turun pelan – pelan di lembah kasih, lembah mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan – hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

Apakah kau masih semesra dahulu
Ketika kudekap kau
Kau dekap lebih mesra, lebih dekat

(lampu – lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara
Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita)

Apakah kau masih akan berkata
Kudengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

(hari pun menjadi malam
Kulihat semuanya menjadi muram
Wajah – wajah yang tidak kita kenal berbicara
Dalam bahasa yang tidak kita mengerti
Seperti kabut pagi itu)

Manisku, aku akan jalan terus
Membawa kenangan – kenangan dan harapan – harapan
Bersama hidup yang begitu biru
-Selasa, 1 April 1969

sebagai awalanya, seseorang yang beberapa kali kirim buku ini keluar kota, COD (Cash On Delivery) sama anak maba UGM mulai timbul perasaan tertarik untuk lebih dalam menelisik isi dan kandungannya, (cih sok berat) skip..

aku benar- benar malu bukan kepalang ketika mereka yang diluar sana begitu haus akan informasi, kekinian untuk berbuat maju. Akupun selangkah tak bergerak, buku ini menggambarkan para mahasiswa dan pemuda yang pertama-tama bertekad untuk mempersatukan seluruh penduduk pribumi di kepulauan kita ini sebagai satu bangsa, Bangsa Indonesia, yang bertanah air satu, Kepulauan Indonesia dan yang berbahasa satu Bahasa Indonesia. Sejarah kemudian memperlihatkan bahwa tindakan pemuda-pemudi ini sangat berarti dan amat banyak pengaruhnya pada perkembangan masyarakat Indonesia. 



Deskripsi: Sebuah buku tentang pergolakan pemikiran seorang pemuda, Soe Hok Gie. Dengan detail menunjukkan luasnya minat Gie, mulai dari persoalan sosial polotik Indonesia modern, hingga masalah kecil hubungan manusia dengan hewan peliharaan. Gie adalah seorang anak muda yang dengan setia mencatat perbincangan terbuka dengan dirinya sendiri, membawa kita pada berbagai kontradiksi dalam dirinya, dengan kekuatan bahasa yang mirip dengan saat membaca karya sastra Mochtar Lubis.


Buku ini sebenarnya menarik untuk dibaca, namun kekurangannya banyak istilah- istilah yang sulit, sehingga ini diperlukan tingkat ketertarikan yang tinggi untuk meneruskannya. Berbeda jauh dengan buku zaman sekarang yang lebih friendly bagi para pembaca.

Ada yang menarik lagi disini, sebenarnya catatan Gie ini masih berupa rangkaian shot- shot yang masih banyak belum ditampilkan,  Gie mencoba mengumpulkannya sebanyak mungkin. istilah masih menggantung boleh dikatakan karena jenis tema apa yang digambarkan belum begitu jelas tersirat.



Teman-teman Soe Hok Gie ternyata punya cara sendiri untuk berkabung: shot-shot itu diputar di bioskop. Akibatnya, gambaran Soe Hok Gie yang muncul ialah gambaran anak remaja yang punya cita-cita, bekerja keras, tapi juga menjadikan hanya dirinya sebagai pusat segalanya. Dari catatan harian Soe Hok Gie itu hampir sulit menemukan orang baik, kecuali dirinya sendiri. Sekedar kritik buku Soe Hok Gie ini. 

Masih banyak lagi informasi yang kamu dapatkan jika masih penasaran, misal disini. Terakhir saya menawarkan bagi siapapun yang ingin membeli buku ini dan kesulitan, kami menyediakannya

Sekian dan semoga bermanfaat

085643413091
40k



Facebook Twitter Google+ Instagram Linkedin Path Yahoo


Responses

0 Respones to "Review Dari Resensi Buku Soe Hok Gie "Catatan Seorang Demonstran ""

Post a Comment

 
Return to top of page Copyright © 2013- 2015 | Platinum Theme modification by Alfian Haris