PENGANTAR TIPS
MENULIS
DI
MEDIA
MASSA
Benarkah menulis itu sulit? Memang
tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Dan pertanyaan ini juga terus
menerus ditanyakan orang dari generasi ke generasi.
Secara umum, sulit atau mudahnya
sesuatu tergantung banyak hal, antara lain, niat, kemauan, serta anggapan dan
keyakinan yang ada dalam pikiran kita. Jika niat dan kemauannya kuat, maka usaha
untuk mencapainya juga akan lebih giat, sehingga proses pencapaiannya akan
terasa lebih mudah.
|
Sebaliknya, jika kita menganggap
sesuatu itu sulit, maka kesulitan pulalah yang akan kita hadapi. Lain halnya
jika kita menganggap sesuatu itu mudah (ingat: menganggap mudah tidak sama
dengan menganggap enteng), maka biasanya segala sesuatunya akan terasa lebih
mudah.
Lalu bagaimana pula jika kita ingin
tulisan kita dimuat di media massa? Prinsipnya sama, sepanjang kita memiliki
tekad yang kuat, berpikir positif, dan mau berusaha, maka keinginan kita itu
bukan merupakan sesuatu yang mustahil untuk
dicapai.
1.
ALAMAT
EMAIL
MEDIA DAN KORAN
Bagi siapa saja yang berminat
mengirim tulisan ke media cetak (koran/majalah), maka berikut sedikit tips dari
saya:
-
Panjang tulisan antara 700 sampai
1000 kata *. cara melihat jumlah kata: MS WORD --> tools--> wordcount
---> words
-
Kirim ke media via email dalam bentuk
MS WORDS via attachment.
Berikut ini adalah beberapa alamat
email media cetak yang mungkin Anda butuhkan:
NASIONAL
MEDIA DAERAH
SUMATERA
MEDIA DAERAH JAWA
MEDIA DAERAH BALI
MEDIA DAERAH
KALIMANTAN
MEDIA DAERAH
SULAWESI
Jadi, setelah Anda selesai menulis di
MS WORD sebanyak 700 - 1000 kata, maka kirimkan ke media yang dituju melalui
email mereka. Sekali lagi, artikel dikirim via attachment. Dan jangan lupa tulis
di subject email sbb: "Artikel Opini: " [judul tulisan anda di
sini...]
Langkah pertama, cobalah menulis ke koran, bukan majalah. Karena
kolom di majalah biasanya pesanan dari redaksi; dan diisi penulis yang sudah
terkenal.
Catatan:
1. Email redaksi sejumlah harian/koran
Indonesia di atas adalah email media cetak. Sedangkan email media online seperti
detik.com, dll tidak termasuk di sini, dan bisa dicari sendiri :).
2. Perlu diketahui bahwa tulisan
kita yang dimuat di media cetak, akan otomatis dimuat di website mereka
masing-masing. Artinya, kalau tulisan kita tampil di website koran bersangkutan
berarti dimuat di media cetaknya. Memang koran seperti Waspada (Medan) dan Riau
Pos (Riau) pernah memiliki dua edisi online dan offline (cetak), tapi sekarang
sudah tidak lagi.
3. Jangan pernah mengirim satu tulisan pada dua koran
nasional atau dua koran yang satu daerah dalam waktu bersamaan. Karena kalau
sama-sama dimuat di kedua koran tsb. kita akan mendapat sangsi berupa tulisan
kita tidak akan lagi dimuat di keduanya alias blacklist. Akan tetapi, kalau dikirim pada dua
koran yang lain segmennya, seperti ke koran nasional dan koran daerah itu tidak
apa-apa walaupun seandainya sama-sama dimuat.
3. MERESAPI
GAYA
ORANG
MENULIS
Diatas disebutkan bahwa
cara terbaik memulai menulis adalah LEARN THE HARD WAY. Langsung menulis menurut
insting, tanpa belajar teori; bak cowok atau cewek yang rajin menulis diary kala
sedang jatuh cinta. Dan langsung dikirim ke media.
Cara lain adalah
dengan BANYAK MEMBACA TULISAN/ARTIKEL ORANG yang sudah dimuat. Resapi tutur
bahasanya. Teliti cara pengungkapan idenya.
Umumnya tulisan apapun tak
luput dari tiga unsur: pengantar, isi dan penutup/kesimpulan. Ketiga unsur ini
tak pernah disebut tapi bisa dirasakan. Semakin banyak kita membaca tulisan
orang, akan semakin mudah kita menyerap dan membedakan mana yang pengantar, isi
dan kesimpulannya; dan semakin mudah kita 'meneladani' gaya dan cara
ekspresinya.
Biasanya kita akan cenderung meniru gaya penulis tenar yang
bentuk dan ide tulisannya paling sesuai dengan ide-ide kita. Rizqon, misalnya,
yang cenderung terbawa gaya menulis Ulil Abshar-Abdalla, tokoh muda NU idolanya
yang walaupun cuma lulus M.A. sudah sering memberikan general lectures di
berbagai universitas beken Amerika seperti di Harvard Univ., Michigan Univ., dan
lain-lain. Saat ini, Rizqon tampak sudah pindah meneladani gaya tulisan
Saifuddin Zuhri, menteri agama RI era Sukarno yang produktif menulis. Anda bisa
melihat gaya baru tulisan Rizqon Khamami ini dalam kumpulan tulisannya di
situsnya:
http://rizqonkham.blogspot.com
Sedangkan Zamakhsyari Jamil cenderung meniru gaya
menulis tokoh pujaannya dari Riau, Tabrani Yunis, bekas tokoh Riau Merdeka, yang
kolomnis tetap di koran Riau Pos. Tulisan-tulisan Tabrani Yunis yang slengekan
dan tajam tampak mewarnai tulisan ustadz muda KBRI ini. Kumpulan tulisannya yang
sudah dipublished maupun belum bisa Anda temui di situsnya:
http://e-tafakkur.blogspot.com
Saya sendiri, yang kata ayah saya "berotak lemah dan bodoh",
cenderung meniru gaya tulisan yang mudah dipaham orang, kendatipun saya tidak
terfokus meniru satu gaya tertentu. Tulisan-tulisan Hamka, Jakob Oetama, Jalaluddin
Rahmat sangat mudah dicerna otak saya yang lamban, dan mungkin sedikit banyak
mempengaruhi gaya saya menulis.
NB: untuk kelanjutannya, tunggu postingan sesudah online lagi ya... 3:)
|
|
|
|
Responses
1 Respones to "Latihan Jurnalistik/ kepenulisan"
bagi yg rajin menulisss, hal ini sangatlah bermanfaat,, semoga bisa membantu dan keberuntungan selalu berpihak pada kitaa...amiin
4 December 2012 at 08:29
Post a Comment