Serambi Seribu Serbi

space disewakan

Menyaksikan Tuhan dalam Diri Kaum Wanita dalam ‘kemasan’ Sachiko Murata. (Bag. 1)



Tibalah pada sebuah pembahasan, yaitu bahwa menyaksikan atau merenungkan Tuhan dalam diri wanita merupakan jenis kesaksian yang paling sempurna yang diberikan kepada manusia. Ada gunanya kita ingat disini bahwa wakil-wakil dari tradisi kearifan Muslim tidak menyetujui bahwa Tuhan dapat dilihat dalam diri-Nya sendiri, yaitu, dalam esensi-Nya sendiri. Esensi Tuhan berada di luar setiap pembatasan, entifikasi, dan hubungan. Tidak ada “ketiadaan” yang dapat disaksikan oleh sesuatu. Namun, Tuhan dapat disaksikan pada saat Dia mengungkapkan diri-Nya sendiri (tajallī). Dan Dia mengungkapkan diri-Nya sendiri dalam segala sesuatu yang diciptakan.

Pemikiran pokok Ibn al ‘Arabī—yang kaitannya dengan pembahasan ini—adalah mengemukakan hakikat dari kesaksian sempurna akan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang paling sempurna dan mereka yang mengikuti langkah-langkahnya. Tradisi menyatakan bahwa Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri dengan cara paling lengkap dan paling sempurna dalam diri manusia, yang diciptakan dalam citra nama Allāh, nama yang mencakup semua nama, setiap realitas, dan setiap kemungkinan ontologis. Maka menyaksikan Tuhan dalam diri manusia pasti merupakan bentuk penyaksian yang paling sempurna. Namun, selanjutnya kita dapat menanyakan apakah penyaksian Tuhan itu lebih sempurna dalam bentuk kaum pria atau dalam bentuk kaum wanita. Jawaban Ibn al ‘Arabī adalah kaum wanita, terutama karena kaum wanita “dibuat memikat” hati Nabi. Nabi tidak mungkin dibuat mencintai sesuatu selain Tuhan, sebab tidak ada yang lain selain yang Nyata itu yang pantas dicintai. “Tidak ada yang dicintai kecuali Tuhan” adalah suatu tema yang terdapat diseluruh literatur Sufi, meskipun jarang diungkapkan dalam kata-kata tersebut. Rumi memberikan penjelasan yang paling rinci dan mudah ditangkap atas fakta bahwa semua cinta itu dalam kenyataannya ditujukan hanya kepada Tuhan. Tetapi dibutuhkan seorang nabi atau seorang makrifat untuk mengalami ini.


            

                                                 beberapa versi dari salah satu karya Sachiko Murata

Pendeknya, Ibn al ‘Arabī berkeyakinan bahwa menyaksikan Tuhan dalam bentuk manusia wanita merupakan cara penyaksian paling sempurna. Dia juga memberikan penjelasan rasional bagi keyakinan ini. Tetapi harus diingat bahwa Ibn al ‘Arabī tengah berbicara terutama bukan sebagai seorang ahli pikir rasional, melainkan sebagai seorang makrifat yang sendirinya telah mencicipi realitas-realitas. Dia sendiri mengetahui melalui pengalamannya sendiri bahwa inilah bentuk penyaksian yang paling sempurna.

Intisari dari penjelasannya adalah bahwa dengan menyaksikan Tuhan dalam diri wanita, seorang pria melihat-Nya sebagai yin dan yang sekaligus, sebagai yang mencakup keagungan dan keindahan, yang jauh dan yang dekat, aktivitas dan penerimaan, tangan kiri dan tangan kanan.


                       karya Sachiko Murata yang lain 


Ketika pria menyaksikan yang Nyata dalam diri wanita, inilah penyaksian di dalam suatu lokus yang menerima aktivitas. Ketika pria menyaksikan Dia dalam dirinya sendiri dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa wanita menjadi terwujud dari dirinya, maka dia telah menyaksikan Tuhan dalam diri seorang wakil. Ketika pria menyaksikan-Nya dalam dirinya sendiri tanpa mengingat bentuk dari sesuatu yang dimunculkan dari dirinya, maka penyaksiannya berlangsung di dalam suatu lokus yang menerima aktivitas yang Nyata tanpa perantara.

Maka penyaksiannya atas yang Nyata dalam diri wanita adalah yang paling lengkap dan paling sempurna, sebab dia menyaksikan yang Nyata dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa Dia sekaligus seorang wakil dan lokus penerima aktivitas.

By: Surya Qalandar


NB: Jangan lupa sedia kopi, Bro (bagi para penikmatnya), biar enggak tegang. :)

Facebook Twitter Google+ Instagram Linkedin Path Yahoo


Responses

0 Respones to "Menyaksikan Tuhan dalam Diri Kaum Wanita dalam ‘kemasan’ Sachiko Murata. (Bag. 1)"

Post a Comment

 
Return to top of page Copyright © 2013- 2015 | Platinum Theme modification by Alfian Haris